Tab

Jumat, 29 Oktober 2010

Perjalanan part 4

Akhirnya karna paksaan dari dalam diri dan dari dulur-dulur juga, maka saya teruskan nulis beberapa malam yang lalu dan terhenti gara-gara bahan untuk menulis ketinggalan di rumah dan akhirnya siang ini saya bisa melanjutkan dimulai dari ketika pertama kali saya ke Surabaya unuk periksa. Semoga aja bahasanya ngga bulet, hehehehehehe... Bismillahirrahmanirrahim

Keesokan harinya saya berangkat ke Sidoarjo sendiri naik bis dengan tujuan ke rumah kakak perempuan saya di Pondok Chandra. Sekitar jam 22:00 saya sampai di terminal Bungurasih dan dijemput mbak dengan suaminya. Keesokan harinya saya dan kakak pergi ke RSU dr. Sutomo Surabaya berdasarkan rujukan yang saya bawa dari RSUD Kota Probolinggo untuk cek laboratorium Patologi Anatomi dengan nama tes lab fnab. Ternyata saya harus masuk lagi ke poli untuk pengantar ke lab patologi anatomi. Setelah sekian lama saya mengantri, akhirnya sampai pada giliran saya diperiksa. Setelah beberapa kali masuk ruangan periksa, dan di periksa oleh beberapa orang (entah dokter atau masih ppds) dengan model pemeriksaan sama dengan yang sebelumnya saya lakukan di Probolinggo maka saya dikasih surat rujukan lagi untuk tes laboratorium patologi anatomi dr. Sutomo.

Dari poli saya langsung menuju laboratorium yang letaknya masih satu komplek dengan rumah sakit namun dengan jalan kaki ya lumayan jauh. Ternyata sampai di lab ternyata sudah tutup disuruh kembali keesokan harinya. Besok harinya pagi-pagi saya langsung menuju laboratorium untuk mendaftar dan lalngsung mengantri lagi. Setelah lama menunggu akhirnya saya sampai pada giliran saya untuk di tes. Sebelum melakukan tes fnab, ibu dokter yang menangani saya menanyakan beberapa hal berkaitan dengan penyakit saya dan memeriksa sama dengan yang dilakukan dokter-dokter sebelumnya. Sepertinya yang agak penting saya tuliskan ketika beliau bertanya tentang foto penyakit saya, dan beliau bertanya apakah dokter yang memeriksa saya tidak merekomendasikan untuk foto dahulu. Saya jawab saja spontan dengan lugu “tidak ada”. Akhirnya sang dokter meneruskan proses tes fnab dan mnusukkan jarum kecil ke benjolan yang saya derita dua kali dengan lokasi tusukan yang berbeda. Setelah itu saya dipersilahkan dengan ramahnya untuk menunggu lagi di depan. Sekitar 4 jam berlalu akhirnya hasil tes saya keluar juga.
Dengan rasa dag dig dug saya buka amplop hasil tes fnab, dan ternyata banyak sekali tulisan disana hasil dari tes tersebut. Saya cari tulisan yang menunjukkan kesimpulan, dan ternyata saya temukan tulisan

Diagnosa Klinik : Tumor Jaringan Lemak Kesan Jinak

Seketika hati saya merasa lega melihat tulisan jinak, tapi kok didepannya ada tulisan kesan ya? Dan eh ternyata di bawah sendiri ada tambahan juga tulisan

NB : Mohon konfirmasi open biopsi

“weks!!!!...., kok ada tulisan open biopsi?” ,masih timbul tanda Tanya dlm hati saya.

Setelah bertemu kakak saya dan kakak saya melihat hasil tesnya, maka malam harinya kakak memutuskan untuk membawa saya periksa lagi di RS Onkologi (Rumah Sakit khusus Kanker dan Tumor). Disana saya ditangani oleh dokter onkologi atau dokter khusus kanker tumor yang ramah dan baik hati. Dokter mengamati hasil tes fnab saya, memeriksa benjolan yang ada di tangan saya, dan menanyakan apakah sudah di foto. Dua kali saya ditanyakan tentang foto ya tetap saya bilang tidak ada, karena memang saya tidak tahu akan itu. Selama tidak ada perintah dokter untuk apa saya melakukannya, sedangkan saya juga tidak tahu harus foto model apa, apakah close up atau full body hehehehehehe…

Akhirnya dokter memutuskan untuk foto usg melihat seperti apa tumor itu, seberapa dalamkah, dan apakah mengenai otot-otot saya. Dari hasil usg yang dilakukan oleh dokter onkologi, maka beliau mengatakan bahwa tumor yang saya derita cenderung ganas namun Alhamdulillah tidak sampaiu mengenai otot dan tulang. Akhirnya dokter membuatkan catatan untuk diserahkan ke bagian admin sebagai pengantar operasi. Di ruangan itu saya berkonsultasi tentang biaya dan cara-cara operasi yang akan dilakukan. ketika sampai ke bagian yang menerangkan besarnya biaya, karuan saja membuat saya serta kakak terhenyak karena ternyata biaya yang dibutuhkan terbilang mahal bagi rakyat menengah seperti saya.

Setelah saya menceritakan semua hasil lab dan pemeriksaan kepada orang tua dan kakak saya yang pertama, maka kami memutuskan untuk coba mencari jalan lain dulu. Mungkin sudah jalannya yang diberikan Allah, kakak saya yang pertama ingat bahwa tetangganya adalah perawat poli bedah di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Akhirnya saya dan kakak kakak saya berkonsultasi dengan tetangga kakak pertama saya yang berprofesi sebagai perawat khusus bedah yang biasa dipanggil ibu Maria atau ibu Prapto kalau dilingkungan tetangga. Lagi-lagi ibu maria mengatakan hal yang sama dengan dokter-dokter yang sudah pernah saya kunjungi, yaitu tumornya dalam dan harus dioperasi di rumah sakit dengan dilakukan bius total. Beliau berkata kalau di RS pemerintah biayanya berkisar 7 – 10 juta-an, dan itupun standart dalam artian tidak terjadi apa-apa dengan proses operasi. Beliau juga menyarankan untuk bertanya dulu ke beberapa rumah sakit pemerintah yang ada di kota Surabaya tenatang besarnya biaya yang dibutuhkan.

Setelah bertemu dengan ibu Maria, saya dengan kakak perempuan saya jalan-jalan ke beberapa RS yang ada di SIdoarjo dan Surabaya. Ternyata setelah mengunjungi beberapa RS, dapat diambil kesimpulan bahwa biaya operasi yang dibutuhkan berkisar 7-10 juta rupiah. Berdasarkan beberapa pertimbangan, maka saya dan keluarga sepakat untuk melakukan operasi di RSAL dr. Ramelan Surabaya.

Waktu itu hari senin tanggal 27 September pertama saya mengunjungi RSAL dan menemui ibu Maria untuk dibantu semua proses operasi dan pengobatannya. Oleh ibu Maria saya diantar menemui dokter yang akan menangani saya yaitu dokter Eka. Dokter Eka yang mempunyai 1 bunga melati di pundak, dan beliau mengatakan bahwa saya harus segera dioperasi dan dilakukan sebelumnya dilakukan beberapa standart pemeriksaan mulai foto scan sampai cek darah untuk operasi. Sejak bertemu dokter Eka itu akhirnya saya tidak boleh makan dan minum lagi untuk keperluan cek lab dan besoknya dilanjutkan puasa untuk persiapan operasi.

Keesokan harinya tanggal 28 September sekitar jam 12 siang saya kembali ke RSAL menemui ibu Maria untuk persiapan operasi. Ternyata dengan pertimbangan biaya, maka operasi saya dilakukan di RS Marinir Gunung Sari Surabaya. Akhirnya sekitar jam 1 siang saya beserta ibu Maria, kedua orang tua, om, dan kakak ipar saya menuju gunung sari. Sesampainya disana saya langsung mengurusi administrasi operasi dan menunggu dokter Eka dating. Nah disinilah baru muncul perasaan aneh di dalam diri saya yang sebelumnya tak pernah sekalipun terlintas dalam otak saya. Di dalam hati muncul pertanyaan dan berandai-andai semisal

“waduh nanti sadar lagi nggak ya?”
“waduh kalo ternyata kebablas tidur ga sadar lagi gimana dan meninggalkan dunia ini”
“padahal belum merasakan menikah ni, kalau mati gimana ya?”


Hahahahahaha…. Ya seperti itu dan banyak lagi ketakutan di dalam hati. Ketika Dokter Eka datang, saya berusaha terlihat tenang namun tak banyak bicara hanya mengangguk saja. Namun ketika saya melihat bapak dan ibu khawatir, maka saya langsung bicara “halah tenang saja apa kata dokter”. Saya mengatakan itu dengan harapan semua tidak resah.
Akhirnya pukul 15:30 tiba juga saat saya masuk ke ruang operasi, dengan tenang saya masuk kamar operasi dan menuruti semua permintaan dokter. Di dalam ruang operasi pertama kali yang dilakukan adalah membuka baju, hehehehehe… setelah buka baju langsung di pasang infuse, dan saya diminta untuk tidur di atas meja operasi. Saya melihat beberapa dokter sudah memakai pakaian serba hijau (pakaian operasi) termasuk ibu Maria disana. Dokter Eka duduk disamping saya dan mencorat coret lengan saya katanya memberikan tanda yang akan di operasi. Setelah itu muncul dokter yang memasang infuse dan beliau menyuntikkan obat kedalam infuse tersebut lalu tiba-tiba saya bermimpi. Entah mimpi apa saya lupa, tapi saya merasa tidur yang sangat nyenyak.
Tiba-tiba saya mendengar suara orang riuh di sekitar namun terasa jauh dan saya merasakan rasa haus yang sangat hebat. Dengan samar-samar, saya merasakan tubuh saya diangkat dan dipindahkan ke tempat yang lain dan di dorong. Saya coba melihat sekeliling, dan pertama yang saya lihat adalah jam dinding waktu itu menunjukkan pukul 18:30. Saya bertanya dalam hati “saya habis ngapain ya???”. Dengan berat saya menoleh kesamping hanya melihat tangan saya di perban, dan saya tidak bisa melihat siapa-siapa hanya mendengar bapak, ibu, dan kakak-kakak saya sedang berbicara namun sepertinya jauh dari tempat saya. Karena mata berat, maka saya tidur lagi namun hanya beberapa menit saya terbangun lagi karena haus. Ternyata semua keluarga saya ada di samping saya, namun karena efek bius yang begitu hebat, maka saya tidak bisa melihat dan mendengarnya dengan jelas. Saya tidak boleh makan ataupun minum sampai 8 jam setelah waktu operasi atau sebelum jam 1 malam. Terasa tersiksa dan tidak bisa bergerak waktu itu menunggu jam 1 malam, dan saya tidak bisa tidur lagi. Akhirnya yang saya ingat adalah Blackberry saya, hehehehe yah daripada jenuh mending saya buat internetan aja. Singkat cerita, sore keesokan harinya saya diijinkan pulang meninggalkan rumah sakit mariner setelah diganti perban dan diperiksa oleh dokter Eka. Ketika mengganti perban, saya kaget ketika saya melihat lengan saya sudah penuh jahitan yang panjang dan besar. Oh ya apa yang terjadi dengan tumor saya? Tumor saya setelakh diangkat lalu disetorkan ke laboratorium Patologi Anatomi untuk diperiksa apa jenis tumornya, dan hari senin baru keluar hasilnya.

(Bersambung lagi biar ga bosen baca kepanjangan…..)

8 komentar:

  1. waduh aku sudah siapin kopi ma rokok.. eh filmnya bersambung maneh.. kok ga' ada critane ketemu suster-suster cantik.?

    BalasHapus
  2. Lho komeng ku wingi endi? Wah, ndak mlebu ternyata..

    BalasHapus
  3. waduh iya kelewatan.. padahal uakeh calon dokter ato dokter muda dokter muda sing ayu2.. tapi wedi ape moto aku... coba dipoto.. pasti tak pampang ndek kene pisan.. wah telat wes...

    BalasHapus
  4. maaf saya baru buka blog jenengan, jadi belum bisa komentar apa-apa

    BalasHapus
  5. bro Den Bandung, ini juga blog baru kang jadi masih minimalis.. hehehehe

    BalasHapus
  6. Semoga lekas sembuh Mas manajer yang ganteng, hihihi. kangen kumpul2.

    BalasHapus
  7. Idem sama komentar di atas, semoga lekas sembuh Mas wawan.

    BalasHapus
  8. heks heks heks.. salam Tamasya.... maturnuwun do'anya dulur

    BalasHapus