Tab

Senin, 11 Oktober 2010

Perajalanan part 3

Nah waktunya saya melanjutkan cerita perjalanan saya dua bulan terahir ini… saya ambil alinea terahir cerita sebelumnya
Saya jawab “wes tenang ae bu, iki ga mungkin tumor. Iyo sesuk tak ndek koncoku sing dokter ben diperikso ben gratis” (sudah tenang aja ibu, ini tidak mungkin tumor. Iya besok saya periksa ke teman saya yang dokter biar gratis) hehehehehe mesti gratisan. Ke’esokan harinya saya berangkat ke rumah teman saya yang dokter umum punya nama Ike. Berbekal info dan janjian yang saya buat sebelumnya dengan Ike lewat media chat, maka saya berangkat dengan pede-nya mencari dimana rumah dokter Ike. Padahal 3 tahun  saya berteman dulu waktu sma, tapi tidak tahu dimana rumahnya.
Singkat kata setelah nyasar dan segala macamnya, akhirnya sampai juga di rumah dokter Ike. Dia langsung meminta saya memperlihatkan benjolan yang ada di lengan.  Dia memegang benjolan itu sambil mengamati dan berusaha menggerakkannya kesana kemari. Alhasil ketika tau benjolan itu keras dan padat, dengan dahi sedikit mengkerut dia lalu berkata "ini TUMOR".  Lalu dengan reflek saya menjawab “masa tumor???....”.
Lalu Ike melanjutkan “Sepertinya ini ....... , tapi kok keras yah? Kalau empuk gitu saya berani membedahnya sendiri, tapi kalau keras gini wah saya ga punya alatnya dan saya tidak punya kapasitas untuk itu”
Di dalam hati saya Cuma bisa menjawab “waduh mateng (matang)”…
“Coba besok kita ke dokter spesialis bedah untuk konsultasi” kata Ike.
Saya Cuma bisa tersenyum untuk menyembunyikan kekhawatiran saya, dan berusaha mengalihkan pembicaraan terhadap hal-hal yang lain.
Keesokan harinya menjelang maghrib saya ke pergi ke dokter spesialis bedah di kota saya ditemani ike. Singkat kata ketika masuk ruang periksa, yang dilakukan dokter bedahpun sama dengan yang dilakukan teman saya Ike. Lalu beliau bertanya “sudah berapa lama ini” kata pak dokter.
Saya jawab “kalau muncul ke permukaan sekitar satu setengah bulan yang lalu dok”
Lalu beliau bertanya beberapa macam pertanyaan dan akhirnya pak dokter menjelaskan,
“ini Tumor dan harus segera dioperasi lalu di teliti jenis tumornya baru bisa dilakukan pengobatan” kata pak dokter. Lalu beliau melanjutkan penjelasannya dengan panjang lebar dan tindakan yang harus dilakukan beserta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Saya hanya bisa menjawab iya, iya, dan iya. Teman saya yang dokter juga berusaha menanyakan hal-hal yang mungkin belum saya pahami pada beliau.
Namun pertanyaan yang daritadi mendesak ingin saya tanyakan dan akhirnya terungkapkan adalah “biayanya kira-kira berapa ya dok?”. 
Dokter menjawab “ini biaya biusnya kalau di rs mawar (nama samaran, red. hehehehe) kira-kira 5-6 juta…”
Dahi saya langsung berkerut dan di dalam hati cuma bisa terucap kata “wuiks!!!...”
Rupanya sang dokter menangkap gelagat saya, beliau langsung dengan bijak menjelaskan “ini harus dioperasi di rumah sakit, soalnya tumornya dalam sekali. Kalau bisa digerakkan dan ringan, maka lebih baik  saya operasi sendiri di sini dan bius lokal, kalau ini dibius lokal anda pasti tidak akan kuat dengan rasa sakitnya”, dokter itu pun lalu melanjutkan kalimatnya “bagaimana?...”
Saya akhirnya menjawab “ya saya pikir dulu dan bilang ke orang tua saya dulu dok”
“kalau begitu saya kasih obat dulu saja ya, nanti setelah lebaran kembali lagi kesini untuk menentukan tindakannya” ucap pak dokter.
Selanjutnya dokter itupun menuliskan resep dan menyodorkan kepada saya. Saya pun pergi setelah membayar biaya periksa sekian rupiah. Di perjalanan pulang dari dokter spesialis itu, teman saya dokter ike menjelaskan lebih terperinci apa yang diucapkan dokter tadi. Tapi saya lebih memilih untuk membicarakan hal yang lain, biar masalah ini saya pikir nanti saja dengan keluarga.
Sesampainya di rumah saya menceritakan semua hasil diagnosa dokter spesialis tadi, dan keluarga saya terlihat kaget dan khawatir terutama orang tua saya. Namun dikarenakan sebentar lagi hari raya idul fitri, maka semua tindakan ditunda sampai selesai hari raya.
Singkat cerita, Alhamdulillah hari raya tiba dan keluarga saya berkumpul dengan keluarga besar dari bapak. Biasanya setiap hari raya topiknya tentang mana pacarmu, kapan kamu nikah? Sekarang berganti tentang dimana dokter yang bagus, enaknya ke rumah sakit mana, biasanya habis biaya berapa, dan lain-lain. Yah sdikit miris juga dengan keadaan ini, tak bisa menikmati hari raya seperti biasanya dalam budaya keluarga besar bapak saya. Begitupun dengan suasana dirumah jika ada sanak saudara atau orang silaturahmi ke rumah, topik pembahasan pertama rata-rata adalah tumor dan kepanjangannya. Kira-kira seminggu setelah hari raya, pagi-pagi sekitar jam 7 saya dibangunkan ibu dan disuruh mandi trus sarapan. Saya agak bingung ada apa kok tiba-tiba saya dibangunkan pagi-pagi, ternyata saya diajak ke klinik bedah rumah sakit umum di kotaku.
Singkat kata, setelah menunggu antrian sekian lama di rumah sakit, saya masuk ke ruang periksa. Lagi-lagi benjolan ini di amati oleh dokter spesialis yang dinas di rumah sakit itu dan diamati juga oleh dua orang mungkin dokter muda  atau apalah sebutannya, dipencet-pencet di sekitarnya dan berusaha digerakkan kesana kemari. Setelah selesai, dokterpun berkata untuk dilakukan cek lab fnab di lab patologi anatomi (PA) yang adanya di Jember, Malang, atau Surabaya untuk wilayah Jawa Timur. Hal ini perlu dilakukan  di luar kota karena di kota saya belum ada lab PA. Keluarga saya menyanggupi untuk dilakukan di Surabaya karena kakak saya ada disana.
Keesokan harinya saya berangkat ke Surabaya sendiri naik bis dengan tujuan ke rumah kakak perempuan saya. …
(Bersambung dulu ya kawan… udaranya dingin sekali…)

17 komentar:

  1. Waduh bersambung maneh... terus mana cerita yang dilarang ke Jember... iku sing seru ha..haa.haa

    BalasHapus
  2. Sepakat dengan yang di atas,,hahaha...

    BalasHapus
  3. kewokeowkeowkeowkeowkeowkeo anu sik adoh... heiheiwheiwiehiwheiwe... nek ndang diceritakne, lakone kalah pas.

    BalasHapus
  4. layar kompi warnet ini ato memang ya, tulisannya nyatu warnanya ama backgroundnya nih...
    :(

    BalasHapus
  5. heheheh kalau normal ndak nyatu kok... tp sepertinya hampir... trimakasih, coba saya edit cari warna yang berbeda lagi...

    BalasHapus
  6. uhuks uhuks... ki sek vakum nulis bro.. lagi pengobatan senjata ra digowo.. dadine ngaplo ngumek fb tok... hehehehe

    BalasHapus
  7. Lha ayo nulis reeeeekkk...Lek kakean FB an tambah uleng lho,,hahaha...

    BalasHapus
  8. ga bisa mikir ayas bro kalo kagak tenang kondisinya.. hehehehe ayas kan bukan penulis bro...

    BalasHapus
  9. Oh iyo yo, keloppaen ayas, alias kelupaan,,haha...

    BalasHapus
  10. @Lozz : Santai ojok kecewa disek..Pak Jer satu lagi kursus menulis. Tunggu tanggal mainnya;

    BalasHapus
  11. hehehehehe sik ta bro Lizz sing sabar.. sumbere lali.. ngko nek q nulis tentang liane malih ga seru kepedot.. heks heks heks.. lak gitu ya mas brot?

    BalasHapus
  12. Ya iyalah..Masak iya iya Lis..

    BalasHapus
  13. ditunggu lg sambungannya ya...

    BTW, namamu sama kyk namaku...

    slm knl

    BalasHapus
  14. mas penghuni60... makasih banyak kunjungannya..

    BalasHapus