Tab

Sabtu, 09 Oktober 2010

Perjalanan part 2


Sekitar  2 minggu berlalu, saya terkena sakit radang tenggorokan dan badan panas. Wah sakit lagi sakit lagi, benjolan di lengan semakin besar lha kok ditambah radang tenggorokan.  Masih beruntung (dasar orang Jawa, masih aja kata untung) ada seorang perempuan cantik yang sangat menyayangiku dan selalu merawatku di sela-sela kesibukannya bekerja, walaupun cuma 1 jam 2 jam.
Alhasil tanpa sengaja dia tidak sengaja menyentuhku dan karuan saja dengan reflek saya berucap “aduh”. Dengan wajah merengut dan bertanya dia memeriksa lenganku, dan dengan ngomel-ngomel sambil keheranan yang membuat saya jengkel setengah mati dia memaksa saya untuk memeriksakan ke dokter sambil berkata “ini butuh operasi kecil di dokter”. Dasar saya yang pemalas kalau sudah mendengar kata dokter, ya saya cuek saja dah.  Hari berlanjut dan radang tenggorokan saya tidak kunjung sembuh malah semakin parah saja. Beberapa hari menjelang bulan ramadhan, saya tertimpa masalah dengan seseorang yang membuat saya begitu stress dan tertekan dalam kondisi sakit. Alhamdulillah memasuki bulan puasa saya mendapat kabar gembira yaitu event yang saya planingkan dulu goal atau di setujui untuk dilaksanakan mulai hari ke 4 puasa yaitu hari sabtu. Mendengar kabar gembira itu, kondisi saya berangsur membaik dan saya kembali memproduksi kebutuhan event ramadhan yang akan saya kerjakan.
Hari perhari saya lalui dengan normal lagi, dan benjolan di lengan semakin membesar dengan cepat. Sedangkan masalah pribadi saya belum juga terselesaikan malah semakin tidak karuan. Dengan kondisi stress dan sibuk itu akhirnya benjolan itu saya kesampingkan. Nanti setelah event akan saya periksakan ke dokter pikirku saat itu. Menjelang hari raya, tugas saya mengerjakan event terselesaikan dengan baik dan saya bisa pulang atau mudik ke kampung halaman.
Kira-kira seminggu sebelum hari raya saya sudah berada di rumah dan melakukan kegiatan bersantai  dan modar-mandir di dalam rumah seperti biasa jika berada di rumah. Karna udara di kampung saya yang panas, saya buka baju dan duduk ngobrol dengan ibu saya di ruang makan. Ibu saya yang sudah berusia 58 tahun, walaupun tidak memakai kacamata langsung melihat benjolanku.
Beliau kaget dan menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku ingin segera pergi jalan-jalan. Ibu bertanya “opo iku ndek lengenmu? Opo’o?” (apa itu di lenganmu? Kenapa?), dan saya menjawab “gak opo-opo, mbuh opo’o, koyoke udun soale panas” (tidak apa-apa, tidak tau kenapa, sepertinya udun karena panas). Ibu saya lanjut berucap “ndi onok udun ga ono motoe? Koyoke tumor iku? Duh iyo, ojo-ojo tumor iku” (mana ada udun tidak ada matanya? Sepertinya tumor itu? Duh iya, jangan-jangan tumor itu). Ibu saya langsung melanjutkan ucapannya “ wes ndang ndek dokter diperiksakno” (sudah cepat kedokter diperiksakan).
Saya jawab “wes tenang ae bu, iki ga mungkin tumor. Iyo sesuk tak ndek koncoku sing dokter ben diperikso ben gratis” (sudah tenang aja ibu, ini tidak mungkin tumor. Iya besok saya periksa ke teman saya yang dokter biar gratis) hehehehehe mesti gratisan. Ke’esokan harinya…
(Bersambung lagi… capek  istirahat dulu hehehehe…)

2 komentar:

  1. wadoh komentarku mau ndak mlebu tibaknya. Keburu sinyal ndut ndutan..
    Eng Ing Eng..Bersambung again ternyata.......

    BalasHapus
  2. he he he he.. tunggu episode selanjutnya... masih take cerita lagi ini...

    BalasHapus