Tab

Kamis, 18 November 2010

Perjalanan Kemo 1

Kali ini saya rubah sedikit judul tulisan saya ke hal yang lebih inti yaitu kepada tahap dimana saya akhirnya menjalani kemo terapi atas penyakit yang saya idap yaitu Tumor Fibro Sarcoma. Yup setelah operasi pengangkatan tumor di lengan dan setelah diketahui hasilnya bahwa benjolan yang nempel di lengan saya adalah Tumor Ganas Fibrosarcoma, maka tindakan selanjutnya adalah pemberantasan sampai ke akar-akarnya. Atas saran dokter untuk melakukan kemo terapi, maka saya beserta keluarga sepakat untuk mengambil langkah kemo terapi tersebut walaupun berita yang beredar di luar sangat mengerikan tentang efek kemo terapi. Namun namanya orang ingin sembuh dari penyakit dan tak ingin penyakit ini muncul kembali ya apa boleh buat.

Terapi kemo saya yang pertama rencananya akan dimulai 19 Oktober 2010 di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Sekedar diketahui, Kemo terapi merupakan terapi untuk membunuh sel-sel kanker atau tumor dengan cara memasukkan beberapa macam obat ke dalam tubuh melalui infuse. Sejak seminggu sebelumnya saya melakukan banyak persiapan untuk kemo terapi tersebut, mulai belanja obat kemo, cek darah, persiapan mental, makan-makanan bergizi, dan tak lupa memendekkan rambut saya juga mengingat katanya efek kemo terapi akan membuat rambut rontok.

Setelah siap akhirnya tanggal 19 Oktober saya menuju ke RSAL untuk menjalani terapi kemo. Ternyata sebelum kemo, saya harus menjalani cek jantung terlebih dahulu untuk melihat apakah jantung saya sehat atau tidak mengingat obat kemo tergolong obat yang sangat berbahaya. Alhamdulillah semua rangkaian tes dapat saya lalui dengan mudah dan tibalah saya memasuki ruangan opname. Ohya, untuk proses memasukkan obat terapi kemo ini butuh waktu kurang lebih 24 jam jadi harus opname. Kalau tidak salah waktu itu sekitar pukul 13 ketika saya masuki ruangan opname di bagian ruang pasien bedah. Tangan kanan saya lagi-lagi diperkosa jarum infuse yang sudah mulai terbiasa menembus kulit lalu dan dilanjut suntik obat anti mual dan anti-anti yang lain. Sekitar jam 15, infuse standard diganti infuse dengan campuran obat dengan durasi waktu menghabiskan 2 jam. Kalau dilihat kasat mata, infuse obat yang pertama ini volumenya sekitar 250 ml dan begitupun obat kedua serta ketiga. Hanya jenis dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan obatnya saja yang berbeda. Proses memasukkan obat kemo ini berakhir keesokan harinya sekitar jam 2 siang dan saya bisa langsung meninggalkan rumah sakit. Ternyata efek samping obat ini juga lumayan dahsyat, maklum memang obat golongan sangat keras. Efek samping pertama yang paling terasa adalah mual, lemas atau terasa lelah, serta tidak enak makan seperti orang terserang typhus. Lihat makanan yang ada hanya rasa eneg, namun demi rasa ingin sembuh maka semua itu berusaha saya tepis. Efek mual dan eneg itu hilang pada hari kelima, nafsu makan saya kembali muncul. Efek samping kedua yang saya rasa yaitu saraf pendengaran terasa semakin sensitive. Jika ada suara gaduh yang memekakkan telinga maka indera pendengaran terasa sakit dan berdengung, namun efek samping yang ini tidak bertahan lama hanya berkisar 2-3 hari.

Di hari ke-enam, nafsu makan saya kembali pulih namun masih mudah mual. Stelah 2 minggu pasca kemo ternyata masih ada efek samping dari obat yang muncul yaitu rontoknya rambut di kepala. Rambut sangat mudah sekali rontok dalam jumlah banyak dan tidak perlu dicabut. Dengan terpaksa saya menggundul sampai kulit kepala. Sejak saya bisa memahami dunia, saya tidak pernah satu kalipun digundul dengan kata lain inilah pertama kali kepala saya dipelontos dan terasa aneh serta selalu ditertawakan. Hihihihihihi…

Sekian kemo pertama, untuk kemo kedua ditunggu aja.
Selengkapnya...

Rabu, 03 November 2010

Perjalanan part 5

Selamat pagi/ siang/ sore/ malam (coret yang tidak perlu) kawan. Dirumah sedang sibuk persiapan ayah dan ibu berangkat ke Tanah Suci dan saya sendiri juga sibuk menjalani pengobatan sakit yang saya ceritakan, jadinya jarang membuka laptop bututku dan corat coret. Kali ini saya mau melanjutkan cerita perjalanan saya setelah diputus sambung sekian kali. Hehehehe…

Setelah pulang dari operasi di Rumah Sakit Marinir Gunung Sari, saya mampir di rumah kakak saya yang pertama untuk konsultasi dengan Ibu Maria tentang perawatan luka operasi saya. Untuk perawatan luka jahitan, saya lakukan di rumah dibantu oleh teman saya dokter Ike yaitu dokter yang telah saya ceritakan di awal sambil menunggu hasil pemeriksaan Tumor saya dari lab Patologi Anatomi.
Senin tanggal 4 Oktober 2010 berdasarkan yang dijanjikan, maka hasil lab saya keluar dan diberitakan kepada kakak saya yang pertama. Karna proses penyampaiannya yang panjang, maka hasilnya sampai di orang tua saya baru keesokan harinya. Pagi sekitar pukul 09 setelah sarapan saya ingat akan hasil lab yang seharusnya keluar kemarin senin maka saya menanyakan pada bapak dan ibu. Wajah bapak dan ibu terlihat cemberut saja dan dengan ketus menjawab “ganas”…

Wiiks!!!!

Wah ini sepertinya berita buruk yang datang pikir saya, dan saya tidak berani bertanya macam-macam lagi. Saya ingat kan hari kamis atau lusanya, kami akan ke RSAL lagi akan menemui dokter Eka untuk konsultasi dan kontrol perkembangan penyakit saya serta tindakan yang akan diambil selanjutnya. Gara-gara berita buruk tersebut, maka bapak dan ibu langsung mengeluarkan bermacam-macam jurus nasehat yang membuat saya terdiam kikuk. Parahnya lagi ibu langsung mengeluarkan jurus omelan yang paling mematikanku yaitu:

“gak usah ke Jember lagi!!!” dan dilanjutkan dengan alasan-alasan serta marahnya ibu karna tidak betah di rumah Probolinggo dan memilih hidup di kota Jember. Semua alasanku hidup di Jember dimentahkan oleh ibu. Hehehehehe maklum bapak dan ibu tinggal berdua kesepian tanpa anak dan cucu menemani, apalagi saya anak bungsu. Setalah itu ibu melanjutkan jurus andalan keduanya yang sering disampaikan pada saya yaitu

“setelah bapak dan ibu pulang dari Makkah, kamu harus segera kawin!!!”

“Wuiiiiiiks mati aku”jawabku di dalam hati dan dengan spontan saya tersenyum.
Namun tak kalah spontannya ibu menangkis balasan senyumanku dengan kemarahan dan berkata “Aku tidak bercanda gak usah senyam senyum!!!”

Wahahahahahaha matilah kini cerita petualangan mu Wawan! Takut, resah, dan kudu ketawa aja saya dibuatnya. Sampai saat ini saya masih terbayang kejadian pagi itu. Wah ini efek tumor sialan dongkolku. Untuk perintah ibu yang pertama masih bisa ditolerir dan banyak cara untuk mengatasinya, tapi untuk perintah ibu yang kedua langsung buat kepala saya pening ga nyenyak tidur. Lha bagaimana ga pening kerja’an belum jelas, tabungan ga ada dan yang paling penting “calonnya ini siapa???”. Matilah aku, mungkin hanya itu kata yang pas untuk menggambarkan keibutan kepalaku. Akibat ketakutanku akan jurus pamungakas ibu saya yang kedua itu membuat tindakan saya sering konyol terhadap perempuan. Hihihihihi tapi semakin asyik juga sih. Cerita itu cukup sampai disana aja yah, lanjut lagi ke tumor sialan lagi.
Semenjak berita itu, datanglah berbagai saran pengobatan untuk tumor ganas yang saya derita. Tentulah saran-saran itu dominan diluar medis, mulai pengobatan herbal sampai menggunakan magic. Namun saya dan keluarga belum bisa mengambil langkah untuk pengobatan yang akan saya tempuh karena belum jelasnya info yang kami peroleh dari dokter yang menangani penyakit saya.
Hari kamis tanggal 07 Oktober saya kembali ke RSAL menemui dokter Eka. Betapa kagetnya saya dan kedua orang tua saya ketika bertemu dokter Eka dan menyuruh saya untuk segera menjalani kemoterapi secepatnya dikarenakan Tumor yang saya derita adalah paling galak. Pantas waktu pertumbuhannya sangat cepat Cuma dalam hitungan bulan saja sudah membesar. Jenis tumor saya menurut hasil lab patologi anatomi adalah FIBROSARCOMA atau tumor jaringan yang lunak. Tumor ini jarang terjadi apalagi pada orang yang masih berusia muda sepertia saya. Sebetulnya dokter sudah berusaha membersihkan tumor dari lengan saya lewat operasi, namun karena tumor ini sangat ganas maka dokterpun takut akan tumbuh kembali atau masih ada yang tertinggal. Jika benar masih ada yang tertinggal maka akan tumbuh kembali dan berpotensi menyerang paru-paru menurut dokter. Tumor ini juga dapat menyerang tulang disekitar lengan yang ditempati.
Pulang dari RSAL bapak dan ibu semakin bingung dan terpukul dengan berita dari dokter. Akhirnya kedua kakak saya dikumpulkan untuk dimintai pendapatnya tentang langkah apa yang akan diambil. Kami mencoba bertanya dahulu kesana kemari mencari info pengobatan selain medis yang bisa dilakukan. Banyak jawaban yang kami dapat dari orang-orang yang pernah mengalami pengobatan non medis, mulai dari tumbuhan keladi tikus, buah sirsat, kemo herbal, pengobatan kekuatan alam, dan lain-lainnya. Akhirnya saya dan orang tua memutuskan pulang dulu kerumah untuk berfikir memantapkan hati sambil mengobati luka jahitan operasi. Untuk sementara saya melakukakn pengobatan herbal dengan meminum keladi tikus yang katanya berkhasiat membunuh kanker dan obat herbal lain yang berkhasiat menjaga stamina. Disamping itu saya juga memakan buah sirsat setiap hari serta minum air oksigen setiap pagi hari. Lengkap dah kalau namanya jamu dan obat di meja kamar saya. Semua saya telan dengan harapan bisa sembuh tanpa pengobatan medis yang katanya menakutkan itu.

(bersambung lagi kawan.. semakin malam harus segera istrirahat dan semakin sedikit yang bisa saya ceritakan karena mendekati hari-hari saya saat ini)
Selengkapnya...