Maaf para kawan-kawan blogger, saya lama tidak bersua di dunia maya karna kesehatan memburuk akibat penyakit dan terapi yang saya lakukan. Mohon sambung do'a agar cepetsembuh dan kembali gila-gila'an lagi....hehehehe..Salam Hangat.. Selengkapnya...
Rabu, 08 Desember 2010
Kamis, 18 November 2010
Perjalanan Kemo 1
Kali ini saya rubah sedikit judul tulisan saya ke hal yang lebih inti yaitu kepada tahap dimana saya akhirnya menjalani kemo terapi atas penyakit yang saya idap yaitu Tumor Fibro Sarcoma. Yup setelah operasi pengangkatan tumor di lengan dan setelah diketahui hasilnya bahwa benjolan yang nempel di lengan saya adalah Tumor Ganas Fibrosarcoma, maka tindakan selanjutnya adalah pemberantasan sampai ke akar-akarnya. Atas saran dokter untuk melakukan kemo terapi, maka saya beserta keluarga sepakat untuk mengambil langkah kemo terapi tersebut walaupun berita yang beredar di luar sangat mengerikan tentang efek kemo terapi. Namun namanya orang ingin sembuh dari penyakit dan tak ingin penyakit ini muncul kembali ya apa boleh buat.
Terapi kemo saya yang pertama rencananya akan dimulai 19 Oktober 2010 di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Sekedar diketahui, Kemo terapi merupakan terapi untuk membunuh sel-sel kanker atau tumor dengan cara memasukkan beberapa macam obat ke dalam tubuh melalui infuse. Sejak seminggu sebelumnya saya melakukan banyak persiapan untuk kemo terapi tersebut, mulai belanja obat kemo, cek darah, persiapan mental, makan-makanan bergizi, dan tak lupa memendekkan rambut saya juga mengingat katanya efek kemo terapi akan membuat rambut rontok.
Setelah siap akhirnya tanggal 19 Oktober saya menuju ke RSAL untuk menjalani terapi kemo. Ternyata sebelum kemo, saya harus menjalani cek jantung terlebih dahulu untuk melihat apakah jantung saya sehat atau tidak mengingat obat kemo tergolong obat yang sangat berbahaya. Alhamdulillah semua rangkaian tes dapat saya lalui dengan mudah dan tibalah saya memasuki ruangan opname. Ohya, untuk proses memasukkan obat terapi kemo ini butuh waktu kurang lebih 24 jam jadi harus opname. Kalau tidak salah waktu itu sekitar pukul 13 ketika saya masuki ruangan opname di bagian ruang pasien bedah. Tangan kanan saya lagi-lagi diperkosa jarum infuse yang sudah mulai terbiasa menembus kulit lalu dan dilanjut suntik obat anti mual dan anti-anti yang lain. Sekitar jam 15, infuse standard diganti infuse dengan campuran obat dengan durasi waktu menghabiskan 2 jam. Kalau dilihat kasat mata, infuse obat yang pertama ini volumenya sekitar 250 ml dan begitupun obat kedua serta ketiga. Hanya jenis dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan obatnya saja yang berbeda. Proses memasukkan obat kemo ini berakhir keesokan harinya sekitar jam 2 siang dan saya bisa langsung meninggalkan rumah sakit. Ternyata efek samping obat ini juga lumayan dahsyat, maklum memang obat golongan sangat keras. Efek samping pertama yang paling terasa adalah mual, lemas atau terasa lelah, serta tidak enak makan seperti orang terserang typhus. Lihat makanan yang ada hanya rasa eneg, namun demi rasa ingin sembuh maka semua itu berusaha saya tepis. Efek mual dan eneg itu hilang pada hari kelima, nafsu makan saya kembali muncul. Efek samping kedua yang saya rasa yaitu saraf pendengaran terasa semakin sensitive. Jika ada suara gaduh yang memekakkan telinga maka indera pendengaran terasa sakit dan berdengung, namun efek samping yang ini tidak bertahan lama hanya berkisar 2-3 hari.
Di hari ke-enam, nafsu makan saya kembali pulih namun masih mudah mual. Stelah 2 minggu pasca kemo ternyata masih ada efek samping dari obat yang muncul yaitu rontoknya rambut di kepala. Rambut sangat mudah sekali rontok dalam jumlah banyak dan tidak perlu dicabut. Dengan terpaksa saya menggundul sampai kulit kepala. Sejak saya bisa memahami dunia, saya tidak pernah satu kalipun digundul dengan kata lain inilah pertama kali kepala saya dipelontos dan terasa aneh serta selalu ditertawakan. Hihihihihihi…
Sekian kemo pertama, untuk kemo kedua ditunggu aja.
Selengkapnya...
Rabu, 03 November 2010
Perjalanan part 5
Selamat pagi/ siang/ sore/ malam (coret yang tidak perlu) kawan. Dirumah sedang sibuk persiapan ayah dan ibu berangkat ke Tanah Suci dan saya sendiri juga sibuk menjalani pengobatan sakit yang saya ceritakan, jadinya jarang membuka laptop bututku dan corat coret. Kali ini saya mau melanjutkan cerita perjalanan saya setelah diputus sambung sekian kali. Hehehehe…
Setelah pulang dari operasi di Rumah Sakit Marinir Gunung Sari, saya mampir di rumah kakak saya yang pertama untuk konsultasi dengan Ibu Maria tentang perawatan luka operasi saya. Untuk perawatan luka jahitan, saya lakukan di rumah dibantu oleh teman saya dokter Ike yaitu dokter yang telah saya ceritakan di awal sambil menunggu hasil pemeriksaan Tumor saya dari lab Patologi Anatomi.
Senin tanggal 4 Oktober 2010 berdasarkan yang dijanjikan, maka hasil lab saya keluar dan diberitakan kepada kakak saya yang pertama. Karna proses penyampaiannya yang panjang, maka hasilnya sampai di orang tua saya baru keesokan harinya. Pagi sekitar pukul 09 setelah sarapan saya ingat akan hasil lab yang seharusnya keluar kemarin senin maka saya menanyakan pada bapak dan ibu. Wajah bapak dan ibu terlihat cemberut saja dan dengan ketus menjawab “ganas”…
Wiiks!!!!
Wah ini sepertinya berita buruk yang datang pikir saya, dan saya tidak berani bertanya macam-macam lagi. Saya ingat kan hari kamis atau lusanya, kami akan ke RSAL lagi akan menemui dokter Eka untuk konsultasi dan kontrol perkembangan penyakit saya serta tindakan yang akan diambil selanjutnya. Gara-gara berita buruk tersebut, maka bapak dan ibu langsung mengeluarkan bermacam-macam jurus nasehat yang membuat saya terdiam kikuk. Parahnya lagi ibu langsung mengeluarkan jurus omelan yang paling mematikanku yaitu:
“gak usah ke Jember lagi!!!” dan dilanjutkan dengan alasan-alasan serta marahnya ibu karna tidak betah di rumah Probolinggo dan memilih hidup di kota Jember. Semua alasanku hidup di Jember dimentahkan oleh ibu. Hehehehehe maklum bapak dan ibu tinggal berdua kesepian tanpa anak dan cucu menemani, apalagi saya anak bungsu. Setalah itu ibu melanjutkan jurus andalan keduanya yang sering disampaikan pada saya yaitu
“setelah bapak dan ibu pulang dari Makkah, kamu harus segera kawin!!!”
“Wuiiiiiiks mati aku”jawabku di dalam hati dan dengan spontan saya tersenyum.
Namun tak kalah spontannya ibu menangkis balasan senyumanku dengan kemarahan dan berkata “Aku tidak bercanda gak usah senyam senyum!!!”
Wahahahahahaha matilah kini cerita petualangan mu Wawan! Takut, resah, dan kudu ketawa aja saya dibuatnya. Sampai saat ini saya masih terbayang kejadian pagi itu. Wah ini efek tumor sialan dongkolku. Untuk perintah ibu yang pertama masih bisa ditolerir dan banyak cara untuk mengatasinya, tapi untuk perintah ibu yang kedua langsung buat kepala saya pening ga nyenyak tidur. Lha bagaimana ga pening kerja’an belum jelas, tabungan ga ada dan yang paling penting “calonnya ini siapa???”. Matilah aku, mungkin hanya itu kata yang pas untuk menggambarkan keibutan kepalaku. Akibat ketakutanku akan jurus pamungakas ibu saya yang kedua itu membuat tindakan saya sering konyol terhadap perempuan. Hihihihihi tapi semakin asyik juga sih. Cerita itu cukup sampai disana aja yah, lanjut lagi ke tumor sialan lagi.
Semenjak berita itu, datanglah berbagai saran pengobatan untuk tumor ganas yang saya derita. Tentulah saran-saran itu dominan diluar medis, mulai pengobatan herbal sampai menggunakan magic. Namun saya dan keluarga belum bisa mengambil langkah untuk pengobatan yang akan saya tempuh karena belum jelasnya info yang kami peroleh dari dokter yang menangani penyakit saya.
Hari kamis tanggal 07 Oktober saya kembali ke RSAL menemui dokter Eka. Betapa kagetnya saya dan kedua orang tua saya ketika bertemu dokter Eka dan menyuruh saya untuk segera menjalani kemoterapi secepatnya dikarenakan Tumor yang saya derita adalah paling galak. Pantas waktu pertumbuhannya sangat cepat Cuma dalam hitungan bulan saja sudah membesar. Jenis tumor saya menurut hasil lab patologi anatomi adalah FIBROSARCOMA atau tumor jaringan yang lunak. Tumor ini jarang terjadi apalagi pada orang yang masih berusia muda sepertia saya. Sebetulnya dokter sudah berusaha membersihkan tumor dari lengan saya lewat operasi, namun karena tumor ini sangat ganas maka dokterpun takut akan tumbuh kembali atau masih ada yang tertinggal. Jika benar masih ada yang tertinggal maka akan tumbuh kembali dan berpotensi menyerang paru-paru menurut dokter. Tumor ini juga dapat menyerang tulang disekitar lengan yang ditempati.
Pulang dari RSAL bapak dan ibu semakin bingung dan terpukul dengan berita dari dokter. Akhirnya kedua kakak saya dikumpulkan untuk dimintai pendapatnya tentang langkah apa yang akan diambil. Kami mencoba bertanya dahulu kesana kemari mencari info pengobatan selain medis yang bisa dilakukan. Banyak jawaban yang kami dapat dari orang-orang yang pernah mengalami pengobatan non medis, mulai dari tumbuhan keladi tikus, buah sirsat, kemo herbal, pengobatan kekuatan alam, dan lain-lainnya. Akhirnya saya dan orang tua memutuskan pulang dulu kerumah untuk berfikir memantapkan hati sambil mengobati luka jahitan operasi. Untuk sementara saya melakukakn pengobatan herbal dengan meminum keladi tikus yang katanya berkhasiat membunuh kanker dan obat herbal lain yang berkhasiat menjaga stamina. Disamping itu saya juga memakan buah sirsat setiap hari serta minum air oksigen setiap pagi hari. Lengkap dah kalau namanya jamu dan obat di meja kamar saya. Semua saya telan dengan harapan bisa sembuh tanpa pengobatan medis yang katanya menakutkan itu.
(bersambung lagi kawan.. semakin malam harus segera istrirahat dan semakin sedikit yang bisa saya ceritakan karena mendekati hari-hari saya saat ini)
Selengkapnya...
Jumat, 29 Oktober 2010
Perjalanan part 4
Akhirnya karna paksaan dari dalam diri dan dari dulur-dulur juga, maka saya teruskan nulis beberapa malam yang lalu dan terhenti gara-gara bahan untuk menulis ketinggalan di rumah dan akhirnya siang ini saya bisa melanjutkan dimulai dari ketika pertama kali saya ke Surabaya unuk periksa. Semoga aja bahasanya ngga bulet, hehehehehehe... Bismillahirrahmanirrahim
Keesokan harinya saya berangkat ke Sidoarjo sendiri naik bis dengan tujuan ke rumah kakak perempuan saya di Pondok Chandra. Sekitar jam 22:00 saya sampai di terminal Bungurasih dan dijemput mbak dengan suaminya. Keesokan harinya saya dan kakak pergi ke RSU dr. Sutomo Surabaya berdasarkan rujukan yang saya bawa dari RSUD Kota Probolinggo untuk cek laboratorium Patologi Anatomi dengan nama tes lab fnab. Ternyata saya harus masuk lagi ke poli untuk pengantar ke lab patologi anatomi. Setelah sekian lama saya mengantri, akhirnya sampai pada giliran saya diperiksa. Setelah beberapa kali masuk ruangan periksa, dan di periksa oleh beberapa orang (entah dokter atau masih ppds) dengan model pemeriksaan sama dengan yang sebelumnya saya lakukan di Probolinggo maka saya dikasih surat rujukan lagi untuk tes laboratorium patologi anatomi dr. Sutomo.
Dari poli saya langsung menuju laboratorium yang letaknya masih satu komplek dengan rumah sakit namun dengan jalan kaki ya lumayan jauh. Ternyata sampai di lab ternyata sudah tutup disuruh kembali keesokan harinya. Besok harinya pagi-pagi saya langsung menuju laboratorium untuk mendaftar dan lalngsung mengantri lagi. Setelah lama menunggu akhirnya saya sampai pada giliran saya untuk di tes. Sebelum melakukan tes fnab, ibu dokter yang menangani saya menanyakan beberapa hal berkaitan dengan penyakit saya dan memeriksa sama dengan yang dilakukan dokter-dokter sebelumnya. Sepertinya yang agak penting saya tuliskan ketika beliau bertanya tentang foto penyakit saya, dan beliau bertanya apakah dokter yang memeriksa saya tidak merekomendasikan untuk foto dahulu. Saya jawab saja spontan dengan lugu “tidak ada”. Akhirnya sang dokter meneruskan proses tes fnab dan mnusukkan jarum kecil ke benjolan yang saya derita dua kali dengan lokasi tusukan yang berbeda. Setelah itu saya dipersilahkan dengan ramahnya untuk menunggu lagi di depan. Sekitar 4 jam berlalu akhirnya hasil tes saya keluar juga.
Dengan rasa dag dig dug saya buka amplop hasil tes fnab, dan ternyata banyak sekali tulisan disana hasil dari tes tersebut. Saya cari tulisan yang menunjukkan kesimpulan, dan ternyata saya temukan tulisan
Diagnosa Klinik : Tumor Jaringan Lemak Kesan Jinak
Seketika hati saya merasa lega melihat tulisan jinak, tapi kok didepannya ada tulisan kesan ya? Dan eh ternyata di bawah sendiri ada tambahan juga tulisan
NB : Mohon konfirmasi open biopsi
“weks!!!!...., kok ada tulisan open biopsi?” ,masih timbul tanda Tanya dlm hati saya.
Setelah bertemu kakak saya dan kakak saya melihat hasil tesnya, maka malam harinya kakak memutuskan untuk membawa saya periksa lagi di RS Onkologi (Rumah Sakit khusus Kanker dan Tumor). Disana saya ditangani oleh dokter onkologi atau dokter khusus kanker tumor yang ramah dan baik hati. Dokter mengamati hasil tes fnab saya, memeriksa benjolan yang ada di tangan saya, dan menanyakan apakah sudah di foto. Dua kali saya ditanyakan tentang foto ya tetap saya bilang tidak ada, karena memang saya tidak tahu akan itu. Selama tidak ada perintah dokter untuk apa saya melakukannya, sedangkan saya juga tidak tahu harus foto model apa, apakah close up atau full body hehehehehehe…
Akhirnya dokter memutuskan untuk foto usg melihat seperti apa tumor itu, seberapa dalamkah, dan apakah mengenai otot-otot saya. Dari hasil usg yang dilakukan oleh dokter onkologi, maka beliau mengatakan bahwa tumor yang saya derita cenderung ganas namun Alhamdulillah tidak sampaiu mengenai otot dan tulang. Akhirnya dokter membuatkan catatan untuk diserahkan ke bagian admin sebagai pengantar operasi. Di ruangan itu saya berkonsultasi tentang biaya dan cara-cara operasi yang akan dilakukan. ketika sampai ke bagian yang menerangkan besarnya biaya, karuan saja membuat saya serta kakak terhenyak karena ternyata biaya yang dibutuhkan terbilang mahal bagi rakyat menengah seperti saya.
Setelah saya menceritakan semua hasil lab dan pemeriksaan kepada orang tua dan kakak saya yang pertama, maka kami memutuskan untuk coba mencari jalan lain dulu. Mungkin sudah jalannya yang diberikan Allah, kakak saya yang pertama ingat bahwa tetangganya adalah perawat poli bedah di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Akhirnya saya dan kakak kakak saya berkonsultasi dengan tetangga kakak pertama saya yang berprofesi sebagai perawat khusus bedah yang biasa dipanggil ibu Maria atau ibu Prapto kalau dilingkungan tetangga. Lagi-lagi ibu maria mengatakan hal yang sama dengan dokter-dokter yang sudah pernah saya kunjungi, yaitu tumornya dalam dan harus dioperasi di rumah sakit dengan dilakukan bius total. Beliau berkata kalau di RS pemerintah biayanya berkisar 7 – 10 juta-an, dan itupun standart dalam artian tidak terjadi apa-apa dengan proses operasi. Beliau juga menyarankan untuk bertanya dulu ke beberapa rumah sakit pemerintah yang ada di kota Surabaya tenatang besarnya biaya yang dibutuhkan.
Setelah bertemu dengan ibu Maria, saya dengan kakak perempuan saya jalan-jalan ke beberapa RS yang ada di SIdoarjo dan Surabaya. Ternyata setelah mengunjungi beberapa RS, dapat diambil kesimpulan bahwa biaya operasi yang dibutuhkan berkisar 7-10 juta rupiah. Berdasarkan beberapa pertimbangan, maka saya dan keluarga sepakat untuk melakukan operasi di RSAL dr. Ramelan Surabaya.
Waktu itu hari senin tanggal 27 September pertama saya mengunjungi RSAL dan menemui ibu Maria untuk dibantu semua proses operasi dan pengobatannya. Oleh ibu Maria saya diantar menemui dokter yang akan menangani saya yaitu dokter Eka. Dokter Eka yang mempunyai 1 bunga melati di pundak, dan beliau mengatakan bahwa saya harus segera dioperasi dan dilakukan sebelumnya dilakukan beberapa standart pemeriksaan mulai foto scan sampai cek darah untuk operasi. Sejak bertemu dokter Eka itu akhirnya saya tidak boleh makan dan minum lagi untuk keperluan cek lab dan besoknya dilanjutkan puasa untuk persiapan operasi.
Keesokan harinya tanggal 28 September sekitar jam 12 siang saya kembali ke RSAL menemui ibu Maria untuk persiapan operasi. Ternyata dengan pertimbangan biaya, maka operasi saya dilakukan di RS Marinir Gunung Sari Surabaya. Akhirnya sekitar jam 1 siang saya beserta ibu Maria, kedua orang tua, om, dan kakak ipar saya menuju gunung sari. Sesampainya disana saya langsung mengurusi administrasi operasi dan menunggu dokter Eka dating. Nah disinilah baru muncul perasaan aneh di dalam diri saya yang sebelumnya tak pernah sekalipun terlintas dalam otak saya. Di dalam hati muncul pertanyaan dan berandai-andai semisal
“waduh nanti sadar lagi nggak ya?”
“waduh kalo ternyata kebablas tidur ga sadar lagi gimana dan meninggalkan dunia ini”
“padahal belum merasakan menikah ni, kalau mati gimana ya?”
Hahahahahaha…. Ya seperti itu dan banyak lagi ketakutan di dalam hati. Ketika Dokter Eka datang, saya berusaha terlihat tenang namun tak banyak bicara hanya mengangguk saja. Namun ketika saya melihat bapak dan ibu khawatir, maka saya langsung bicara “halah tenang saja apa kata dokter”. Saya mengatakan itu dengan harapan semua tidak resah.
Akhirnya pukul 15:30 tiba juga saat saya masuk ke ruang operasi, dengan tenang saya masuk kamar operasi dan menuruti semua permintaan dokter. Di dalam ruang operasi pertama kali yang dilakukan adalah membuka baju, hehehehehe… setelah buka baju langsung di pasang infuse, dan saya diminta untuk tidur di atas meja operasi. Saya melihat beberapa dokter sudah memakai pakaian serba hijau (pakaian operasi) termasuk ibu Maria disana. Dokter Eka duduk disamping saya dan mencorat coret lengan saya katanya memberikan tanda yang akan di operasi. Setelah itu muncul dokter yang memasang infuse dan beliau menyuntikkan obat kedalam infuse tersebut lalu tiba-tiba saya bermimpi. Entah mimpi apa saya lupa, tapi saya merasa tidur yang sangat nyenyak.
Tiba-tiba saya mendengar suara orang riuh di sekitar namun terasa jauh dan saya merasakan rasa haus yang sangat hebat. Dengan samar-samar, saya merasakan tubuh saya diangkat dan dipindahkan ke tempat yang lain dan di dorong. Saya coba melihat sekeliling, dan pertama yang saya lihat adalah jam dinding waktu itu menunjukkan pukul 18:30. Saya bertanya dalam hati “saya habis ngapain ya???”. Dengan berat saya menoleh kesamping hanya melihat tangan saya di perban, dan saya tidak bisa melihat siapa-siapa hanya mendengar bapak, ibu, dan kakak-kakak saya sedang berbicara namun sepertinya jauh dari tempat saya. Karena mata berat, maka saya tidur lagi namun hanya beberapa menit saya terbangun lagi karena haus. Ternyata semua keluarga saya ada di samping saya, namun karena efek bius yang begitu hebat, maka saya tidak bisa melihat dan mendengarnya dengan jelas. Saya tidak boleh makan ataupun minum sampai 8 jam setelah waktu operasi atau sebelum jam 1 malam. Terasa tersiksa dan tidak bisa bergerak waktu itu menunggu jam 1 malam, dan saya tidak bisa tidur lagi. Akhirnya yang saya ingat adalah Blackberry saya, hehehehe yah daripada jenuh mending saya buat internetan aja. Singkat cerita, sore keesokan harinya saya diijinkan pulang meninggalkan rumah sakit mariner setelah diganti perban dan diperiksa oleh dokter Eka. Ketika mengganti perban, saya kaget ketika saya melihat lengan saya sudah penuh jahitan yang panjang dan besar. Oh ya apa yang terjadi dengan tumor saya? Tumor saya setelakh diangkat lalu disetorkan ke laboratorium Patologi Anatomi untuk diperiksa apa jenis tumornya, dan hari senin baru keluar hasilnya.
(Bersambung lagi biar ga bosen baca kepanjangan…..)
Selengkapnya...
Senin, 11 Oktober 2010
Perajalanan part 3
Sabtu, 09 Oktober 2010
Perjalanan part 2
Jumat, 08 Oktober 2010
Perjalanan part 1
Selasa, 05 Oktober 2010
Share
Kalau siang tadi panas nah sekarang kebalikannya, dingin dan berangin. Maklum memang kotaku disebut kota angin. Daritadi saya muter-muter di blog, mau nulis apa yah????
Terus terang saya tidak terbiasa menulis, kecuali ada pertanyaan atau pernyataan dari seseorang terhadap saya baru bisa mengurai. Berdasarkan hal itu, saya menawarkan kepada kawan blogger atau siapapun untuk share bareng dengan saya seputar Event dan Band Management dengan catatan semampu saya atau berdasarkan pengalaman saya. Sekali lagi saya katakan "share" atau saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, karna saya sendiri masih haus akan ilmu dan jauh dari kesempurnaan. Saya sangat senang jika bisa berbagi dengan kawan-kawan dan sekaligus mengisi celah yang belum tertutup dengan berbekal sekelumit perjalanan hidup saya.
Selengkapnya...
JenuH
Siang ini terasa panas dan gerah di kampung kecilku yang terletak di pinggiran kabupaten Probolinggo. Pikiran terasa jenuh karna sudah berhari-hari cuma duduk, tidur, dan klutek-klutek (mondar-mandir dan utak atik sesuatu) di rumah karena baru selesai operasi Tumor yang tumbuh di lengan kiriku dan divonis ganas oleh laboratorium.
Beruntung masih ada laptop butut dan modem usb yang menemani, sehingga masih bisa surfing lah di dunia maya. Namun lama-lama jadi bingung juga, pacebuk udah banyak, tweet juga udah, chat udah bosen juga, jadinya mau buka situs apa lagi atau mau ngapain lagi dengan internet ini yah selain untuk kerja? ceklik sini ceklik sana, akhirnya iseng aku buat blog ini untuk corat coret dan menambah pengetahuan.
Semoga dapat teman yang bermanfaat dan bisa berbagi dengan kawan disini. Terus terang saya tidak suka menulis dan membaca, jadinya kaku dalam menuang kata-kata. Saya mohon maaf jika banyak kesalahan dan keluguan di sini.
Selengkapnya...